Linux memiliki ciri khas yang sukar ditemukan di sistem operasi lain,
yaitu keragaman. Keragaman ini terwujud dalam bentuk banyaknya distro
(distribusi) Linux, yaitu paket lengkap berisi kernel (jantung sistem
operasi), driver, serta seluruh aplikasi pendukungnya. Setiap distribusi
biasanya memiliki pendukung setia dan selalu berpacu menjadi yang
terbaik dalam menawarkan beragam features bagi penggunanya. Faktanya,
kualitas setiap distro tidaklah sama. Hanya beberapa distro yang
terlihat dominan di dunia Linux.
1. Mandriva
Sebelum Ubuntu menjadi populer, Mandriva adalah jagonya. Distro ini
menggabungkan dua distro, yaitu Mandrake dan Connectiva. Distro ini
berasal dari kalangan Linux di Perancis. Sayangnya, masalah finansial
hingga menjurus kebangkrutan menghambat perkembangannya. Mandriva
memiliki sistem konfigurasi bernama DrakConf yang mudah dipahami
pengguna dengan beragam tingkat kemahiran. Drakconf bisa dianggap
pesaing kuat dari YaST yang diusung distro openSUSE.
Selain itu, Mandrake menggunakan sistem paket manager urpmi yang bisa
disejajarkan dengan apt-get milik Debian. Untuk aspek ini, Mandrake
sedikit menyalib Redhat/Fedora pada sekitar satu dasawarsa lalu. Saat
itu, masalah dependency (ketergantungan antarpaket aplikasi) adalah
masalah yang biasanya diselesaikan secara manual. Namun berkat urpmi,
pengguna Mandriva dengan cepat membereskannya. Sebagai catatan,
Mandrake/Mandriva bisa dibilang cukup setia dengan desktop environment
KDE sebagai default.
Penulis sendiri masih ingat, Mandrake seri 7 adalah yang pertama
mengusung KDE 1.1.1, dimana versi KDE tersebut memperoleh berbagai
penghargaan dari berbagai pihak atas kualitas dan inovasinya. Secara
tidak langsung nama Mandrake/Mandriva jadi ikut terangkat. Saat ini, ada
project distro bernama Mageia yang merupakan distro “fork” dari
Mandriva. Distro “fork” terjadi karena beberapa developer (sebagian
di-PHK dari Mandriva) tidak puas dengan berbagai kebijakan Mandriva dan
akhirnya memutuskan untuk membuat sistem Linux sendiri.
2. Puppy
Puppy memberi nyawa kembali pada PC Pentium lama kita. Puppy didesain
agar tidak membutuhkan resource yang banyak, baik dari sisi RAM,
prosesor, atau graphics card. Untuk itu, Puppy membekali diri dengan
beragam aplikasi yang tidak rakus resource. Sebagai contoh, Abiword dan
Gnumeric sebagai alternatif paket Open Office, Midori sebagai web
browsernya, dan aplikasi alternatif lainnya.
Puppy memiliki mode untuk berjalan sepenuhnya di RAM tanpa harus mengakses hard disk.
Nilai plus lainnya, jika kita ingin sistem Puppy kembali seperti awal,
kita cukup me-reboot-nya. Cara ini efektif untuk sistem yang rentan
masalah, misalnya percobaan aplikasi versi beta. Selain di-burn ke CD,
Puppy memiliki file image yang bisa ditulis ke flash disk. Alternatif
ini bisa lebih mempercepat operasional Puppy. Anda pun memiliki opsi
untuk menyimpan perubahan seperti setting desktop ke disk agar saat
Puppy di-restart, seluruh setting dibaca ulang dan kondisi sistem
dikembalikan persis saat Anda terakhir men-shutdown komputer.
3. CentOS
Kestabilan dan performa yang setara RHEL (Redhat Enterprise Linux)
merupakan keunggulan distro ini. Implementasi RHEL yang sudah diakui di
lingkungan enterprise menjadikan CentOS sebagai alternatif “gratisan”
RHEL yang sangat menarik. Ini semua berkat usaha tim CentOS yang
meng-compile ulang source dari berbagai paket program RHEL dan
menyingkirkan berbagai copyright content spesifik dari distro RedHat.
Mantan jawara DistroWatch ini menerapkan konsep mirip Ubuntu (Mint),
yaitu dengan memoles Debian agar lebih mudah digunakan. Bedanya,
PCLinuxOS berbasiskan Mandrake dan menggunakan KDE, sementara distro
lain banyak yang beralih ke GNOME. Namun, guna memenuhi kebutuhan user,
dirilis juga versi lain yaitu berbasis XFCE, LXDE, dan openBox. Hal
unik pada PCLinuxOS adalah penggabungan (kombinasi) sistem manajemen
paket RPM dan apt. Lebih tepatnya, paket aplikasi di PCLinuxOS
menggunakan format RPM, tetapi mekanisme instalasi menggunakan APT.
5. Arch
Pada distro ini, rolling release dan sistem instalasi dikendalikan
sepenuhnya oleh pengguna (hanya meng-install sesuai keperluan) sehingga
cocok untuk membuat sistem yang “ramping”. Rolling release memungkinkan
Arch selalu ter-update dengan software terbaru tanpa harus menunggu
rilis versi distro berikutnya.
Arch Linux bisa dikatakan sebagai distro Gentoo generasi baru, namun
minus features compile software. Arch memaketkan aplikasi siap install,
sementara Gentoo memaketkan source dari aplikasi sehingga harus
di-compile terlebih dahulu. Dengan semakin majunya sistem komputer,
proses compile software dianggap tidak lagi memberikan keuntungan
signifikan dan di sisi lain dianggap kurang praktis. Pengembang Arch
menyadari hal ini, namun demikian Arch tetap menyediakan opsi untuk
meng-install-nya via source aplikasi. Source aplikasi bisa di-download
dari ABS (Arch Build System) dengan bantuan software, seperti packer.
Opsi instalasi via source tersebut terutama menjadi solusi jika software
yang ingin di-install belum masuk repository resmi dari Arch Linux.
6. openSUSE
Framework Mono dan software Yast. Mono adalah penerapan .Net di Linux.
Mungkin ini bukan suatu hal yang luar biasa, tetapi bagi para developer
.NET, adanya Mono memungkinkan berjalannya program berbasis .NET.
Dampaknya adalah memudahkan inter-operatibilitas antara Windows dan
Linux serta platform lain yang mendukung .Net.
YaST adalah sistem administrasi terpadu yang hanya ada di SuSE dan
openSUSE. Hingga saat ini, bisa dikatakan YaST adalah tool administrasi
yang sangat berguna bagi para administrator. Dengan beberapa klik mouse,
tugas yang terbilang rumit, seperti mempersiapkan virtual machine Xen
atau setup cluster fail over berbasis DRDB bisa dikerjakan dengan mudah!
Selain itu, dukungan hardware-nya pun cukup bagus. Terutama pada masa
awal bangkitnya distro-distro Linux, SuSE yang selangkah didepan
mendukung hardware-hardware yang ada di pasaran, sementara distro lain
perlu waktu lebih lama
7. Debian
Stabil, jumlah paket yang sangat banyak (sekitar 29 ribu), dan dukungan
komunitas yang tinggi adalah ciri kahs distro Debian. Selain itu, distro
tersebut kini memiliki paling banyak turunan. Bahkan pada rangking
sepuluh besar banyak dihuni distro turunannya, seperti Ubuntu, Mint,
PCLinuxOS. Distro Puppy untuk beberapa serinya juga bisa dibilang
turunan Debian secara tidak langsung, misalnya edisi Lucid Puppy. Selain
itu, distro Debian sudah teruji dalam hal kualitas. Distro yang
menyainginya mungkin hanyalah Slackware. Perbedaannya, distro Slackware
lebih terkesan “one man show”, sementara Debian lebih menonjolkan aspek
“kebersamaan”.
Debian juga satu-satunya distro Linux yang terbanyak mendukung beragam
arsitektur di luar prosesor Intel. Tercatat ada ARM, MIPS, PowerPC,
s390, HP-PA (Hewlett Packard Precision Architecture), dan beberapa
lainnya. Ini tentunya memudahkan pengguna Debian untuk memakai satu
platform OS yang sama di berbagai lingkungan hardware. Tidak lupa pula
project kfreebsd dimana distro Debian dikombinasikan dengan kernel
FreeBSD. Jadi Anda serasa mendapat dua hal sekaligus, “rasa” aplikasi
Linux namun performa FreeBSD. Sangat menarik bukan?
8. Fedora
Ingin mencari teknologi terbaru? Fedora adalah pilihan utama. Menilik
sejarah, Fedora (dulunya adalah Redhat Linux versi desktop) adalah yang
pertama menerapkan NPTL (Native POSIX Threading Library), disusul dengan
SELinux (Security Enhanced Linux). Terdapat juga inovasi lain, seperti
Zero Conf, KVM (Kernel Virtual Machine), dan sistem desktop Blue Curve
yang menyatukan GNOME dan KDE dalam satu tampilan serupa. Fedora adalah
wujud kerja sama komunitas open source yang didukung penuh oleh Redhat.
Karena terkait erat dengan Red Hat, cukup masuk akal jika Fedora paling
awal menerima berbagai update teknologinya. Sekitar 30% sampai 40%
developer Linux yang bekerja di suatu perusahaan adalah karyawan Redhat.
Jadi, Fedora bisa diibaratkan sebagi “ruang pajang” dan “ruang testing”
bagi beragam inovasi Redhat.
Mungkin sedikit yang mengetahui bahwa Fedora adalah basis bagi RHEL.
Sebagai contoh, RHEL versi 6 menggunakan basis Fedora 12. Ini dilakukan
sebagai perwujudan kesinambungan pengembangan Linux. Versi Fedora yang
dianggap stabil dan menerima respon positif kemudian ditetapkan sebagai
fondasi, lalu disusul dengan penyempurnaan di berbagai aspek. Jadi,
meskipun RHEL adalah produk komersial, keberadaannya tidak terlepas dari
adanya kontribusi komunitas Fedora.
9. Ubuntu
Distro ini berhasil menampilkan “image” ramah pengguna dan dukungan
utility Synaptic (Software Center) yang memudahkan proses update. Selain
itu, tersedia seri (Long Term Service) yang menyediakan update hingga 3
tahun. Rata-rata distro Linux memberikan update sampai dengan satu
setengah tahun.
Dengan dukungan dari perusahaan Canonical Inc. yang didirikan oleh Mark
shuttleworth, Ubuntu tidak hanya mendapat dukungan komunitas tapi juga
dukungan finansial dan developer yang digaji oleh Canonical. Mark bisa
disebut sebagai perintis distro Ubuntu. Ide dasarnya adalah ingin
membuat dan mengembangkan sistem “Linux untuk manusia”. Artinya, suatu
sistem Linux yang mudah digunakan oleh manusia, terlepas dari tingkat
kemampuan teknisnya. Ubuntu memiliki banyak varian, diantaranya Kubuntu
(menggunakan KDE), Xubuntu (menggunakan XFCE), Lubuntu (menggunakan
LXDE), dan seterusnya. Ubuntu juga memiliki banyak distro turunan, di
antaranya Zentyal (distro untuk server) dan Backtrack yang dikenal
sebagai distro spesialis dalam bidang hacking security.
10. Mint
Ini dia jawara baru kita. Mint berhasil mengungguli Ubuntu yang notabene
adalah “orang tuanya” karena Mint dikembangkan berdasarkan Ubuntu. Mint
menyediakan aplikasi lengkap pada distronya, mulai dari paket office,
codec, hingga multimedia player. Jadi, saat menggunakannya di awal, Anda
tidak perlu terhubung ke Internet karena program yang dibutuhkan sudah
termuat di installer.
Mint juga memperkenalkan konsep Mint Debian Edition. Dalam versi ini,
yang dipakai sebagai basis adalah Debian Testing. Keuntungannya? Update
yang lebih cepat sehingga menyerupai model rolling release. Karena
berbasis Debian, Mint Debian tidak kompatibel dengan repository Ubuntu.
Kadang, ini membawa dampak positif karena banyak yang menilai kualitas
software di repository Debian lebih bagus dari repository Ubuntu.
Banyak juga yang menyebutkan bahwa Mint bisa menyalip Ubuntu karena Mint
mempertahankan penggunaan Gnome versi 2. Sebagian user Ubuntu kurang
nyaman dengan interface Unity yang dianggap berubah terlalu radikal.
Ubuntu sendiri memiliki berbagai varian, seperti Kubuntu yang berbasis
KDE, tetapi Mint masih yang terpopuler.
Sumber : http://chip.co.id/news/read/2011/12/28/1652424/10.Distro.Linux.Terpopuler.Saat.Ini
Nama : ilman Satria
NPM : 13211510
Kelas : 1EA23