Jumat, 26 April 2013

BATARA INDRA


Dalam ajaran agama Hindu, Indra adalah dewa cuaca dan raja kahyangan. Oleh orang-orang bijaksana, ia diberi gelar dewa petir, dewa hujan, dewa perang, raja surga, pemimpin para dewa, dan banyak lagi sebutan untuknya sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Menurut mitologi Hindu, Beliau adalah dewa yang memimpin delapan Wasu, yaitu delapan dewa yang menguasai aspek-aspek alam.
Dewa Indra terkenal di kalangan umat Hindu dan sering disebut dalam susastra Hindu, seperti kitab-kitab Purana (mitologi) dan Itihasa (wiracarita). Dalam kitab-kitab tersebut posisinya lebih menonjol sebagai raja kahyangan dan memimpin para dewa menghadapi kaum raksasa. Indra juga disebut dewa perang, karena Beliau dikenal sebagai dewa yang menaklukkan tiga benteng musuhnya (Tripuramtaka). Ia memiliki senjata yang disebut Bajra, yang diciptakan oleh Wiswakarma, dengan bahan tulang Resi Dadici. Kendaraan Beliau adalah seekor gajah putih yang bernama Airawata. Istri Beliau Dewi Saci.
Dewa Indra muncul dalam kitab Mahabarata. Ia menjemput Yudistira bersama seekor anjing, yang mencapai puncak gunung Mahameru untuk mencari Swargaloka.
Kadangkala peran dewa Indra disamakan dengan Zeus dalam mitologi Yunani, dewa petir sekaligus raja para dewa. Dalam agama Buddha, beliau disamakan dengan Sakra (yang berkuasa).

Kamis, 25 April 2013

Kebijakan-kebijakan Untuk Memenangkan Globalisasi

Kata  globalisasi berasal dari “global” dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, berarti secara keseluruhun. Globalisasi berarti suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak nampak lagi adanya batas-batas yang mengikat secara nyata. Dalam keadaan global, tentu apa saja dapat masuk sehingga sulit untuk disaring atau dikontrol. Terkait dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, makna globalisasi memiliki dimensi luas dan kompleks yaitu bagaimana suatu negara yang memiliki batas-batas teritorial dan kedaulatan tidak akan berdaya untuk menepis penerobosan informasi, komunikasi dan transportasi yang dilakukan oleh masyarakat di luar perbatasan.

Globalisasi dalam arti literal adalah sebuah perubahan sosial, berupa bertambahnya keterkaitan di antara masyarakat dan elemen-elemennya yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi di bidang transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional.

kebijakan yang akan saya lakukan untuk memenangkan Globalisasi :

  1. Meningkatkan perdagangan global.
  2. Meningkatkan aliran modal internasional, diantaranya investasi langsung luar negeri.
  3. Meningkatkan aliran data lintas batas, seperti penggunaan internet, satelit komunikasi dan telepon.
  4. Memberikan desakan berbagai pihak untuk mengadili para penjahat perang di Mahkamah Kejahatan Internasional (International Criminal Court), dan adanya gerakan untuk menyerukan keadilan internasional.
  5. Mengadakan pertukaran budaya (cultural exchange) internasional, misalnya melalui ekspor film-film Hollywood and Bollywood.
  6. Meningkatkan perjalanan dan turisme lintas negara.
  7. Mengembangkan infrastruktur telekomunikasi.
  8. Mengambangkan sistem keuangan.
  9. Meningkatkan aktivitas perekonomian dunia yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan multinasional.
 Sumber : http://tumija.wordpress.com/2011/03/15/globalisasi/

Perdukunan Vs Globalisasi

Pekanbaru – Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar mengatakan, di era reformasi dan globalisasi dewasa ini ada fenomena yang makin menguat di tanah air bahwa menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) praktik perdukunan makin menguat dengan diiringi permainan “amplop” atau pemberian uang.

Hal ini merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan, kata Nasaruddin Umar  saat berlangsung Hari Amal Bakti (HAB) ke-66 kementerian tersebut, di Pekanbaru, Minggu malam.
“Praktik mistik dan dukun laris di Pilkada,” ujarnya. Hadir pada acara tersebut Ka Kanwil Kementerian Agama Provinsi Riau, H. Asyari Nur dan para pejabat di lingkungan kementerian setempat.
Wamenag mengaku prihatin dengan kejadian tersebut. Sebab, selain merusak nilai-nilai agama juga membawa pengaruh buruk bagi kehidupan berbangsa. Sementara di sisi lain ia melihat para calon yang bertarung dalam Pilkada merasa tak percaya diri jika tidak didukung dukun. Mereka merasa tak punya pegangan. Padahal perbuatan demikian telah menyeret yang bersangkutan terjerumus ke tindakan musrik.
Pada saat bersamaan Pilkada berlangsung, lanjut Wamenag, permainan sogok atau amplop ikut mengiringi. Semua harus berbau amplop untuk memuluskan keinginan yang pada akhirnya secara tak sadar membawa keruntuhan akhlak, etika dan nilai agama.
Jika kejujuran dan bertindak di luar koridor tuntunan agama, kata Nasaruddin Umar,sehingga jangan heran kekerasan atas nama agama pun ikut mewarnai, seperti terorisme.

Sumber : http://penerang.com/2012/01/09/fenomena-perdukunan-makin-menguat/